Pria Twitter Yang Unyu Maksimal

itu ada cowok, sama lambang twitter. cukup menggambarkan cerpen ini bukan?


Siang itu, merupakan siang yang enaknya di pakai untuk bersantai sepulang sekolah. Minum Es Kelapa sambil nonton Bolang, pasti seru. Batin Tata. Tapi ketika Wulan, teman satu gang Tata menelpon, muka Tata jadi mengkerut. Pasalnya, si Wulan ini ngingetin dia sama bimbelnya. Terlebih lagi, ketika Tata tau ternyata ada Try Out di bimbelnya, dia jadi nggak bisa mengelak untuk bilang tidak pada bimbel hari ini. Akhirnya, dengan berat hati Tata pun bersiap-siap untuk pergi bimbel.

                Lima belas menit kemudian, Wulan sudah sampai di rumah Tata yang hanya berjarak 6 rumah dari rumahnya dengan menggunakan sepeda gunungnya. Melihat Wulan sudah menghampirinya, Tata lalu mengeluarkan sepeda lipat hitam kesayangannya. Lalu, mereka berdua pergi bimbel bersama-sama dengan cuaca yang sangat tidak bersahabat itu. 

                “Eh, gimana nih? Nggak muat..” kata Tata sambil mencoba memakirkan sepedanya diantara sebuah motor dan sepeda Wulan. “Ya jangan di sini lah. Di sono nohh.” Perintah Wulan sambil menunjuk ke arah pojok parkiran. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan, Tata pun memarkirkan sepedanya. “Ayok! Nanti telat.” ajak Wulan. “Emang udah telat kali!” protes Tata.

                Ketika mereka berdua masuk ke dalam gedung bimbel, perhatian Tata langsung tertuju ke arah seorang laki-laki yang sedang meraut pensil-pensilnya. Dia.... Reynald. Teman satu sekolahnya yang juga teman satu bimbelnya. Namun beda kelas. Maklum, tempat bimbel tersebut menerapkan Agama Islam yang sangat kuat. Jadinya, pria dan wanita, di pisah jadi dua kelas. 

                Selesai mengisi absen, Tata dan Wulan langsung naik ke lantai dua. Ketika melewati Reynald, mereka hanya pandang-pandangan tanpa mengucapkan apa-apa. Setelah itu, Reynald udah nggak keliatan lagi. Entah mengapa, ketika mereka berdua sedang bercakap-cakap di jejaring sosial Twitter, mereka terlihat sangat akrab sekali. Tapi giliran di dunia nyata, yang bisa mereka katakan ketika bertemu adalah: “Gue duluan ya!” itu pun kalo mereka ingat. Kalo nggak, udah kayak nggak kenal satu sama lain. 

                Empat jam berlalu. Dua mata pelajaran yang diujikan hari itu di bimbel, sudah terlewati. Banyak cobaannya ketika Try Out tadi. Apa lagi kalo nggak belajar kayak Tata. Yang ada di otak aja yang diandelin. Ketika keluar kelas, seperti biasa Tata refleks menengok ke arah kelas Reynald yang ternyata, dia masih ada di dalam kelas. Entah hanya perasaan atau nggak sengaja, Tata merindukan sosok Reynald yang sudah seminggu hilang di TimeLine Twitternya. Tatapun pulang mengayuh sepedanya tanpa bertatap muka lagi dengan Reynald. 

                Sebenarnya Reynald bukanlah sosok yang terlalu istimewa di mata Tata. Reynald hanyalah teman –yang nggak terlalu akrab- Tata. Teman satu kelasnya Aness, sahabat Tata dari kelas tujuh SMP. Pria yang sering menghibur Tata dengan banyolan-banyolannya di Twitter. Aness pernah bilang, jangan-jangan Tata lagi demen sama Reynald. Tetapi, Tata membantahnya dengan bilang, “Hati gue nggak dangdutan keliling komplek kalo deket dia.” Lalu dia menambahkan, “Kalo orang lagi jatuh cinta kan setiap ketemu gebetan pasti hatinya dangdutan. Kalo gue enggak ah, berarti gue nggak demen sama dia Ness.” Yang langsung dijawab, “Serah lu dah Taa..” sama Aness.





***

Keesokan harinya. Pelajaran Seni Budaya hari itu sangat bikin Tata bersemangat. Apa lagi kalo bukan karna pelajaran menyanyi. Ya, Tata sangat suka sekali menyanyi. Untuk ukuran kamar mandi, dia bisa dibilang Diva yang menyaingi Titi DJ. Namun karna pelajaran menyanyi perkelompok, akhirnya Tata dan teman-teman satu kelompoknya datang lebih awal ke sekolah untuk berlatih lagi. Kelompok Tata mengandalkan Ramon, yang memegan alat musik gitar. Dan yang lainnya, mengandalkan suara pas-pasan. Nggak kebayang deh gimana jadinya ketika Tata dan lima orang temannya bernyanyi diiringi dengan satu alat musik gitar. Suara gitarnya pasti nggak bakalan bisa kedengeran.

                “Look at the star, look how they shine for you.. And all the things you do.. Cause you were all yellow... You’re skin.. Oh yeah your skin and bones. Turn in to something beautifull..” 

                Gitu deh kira-kira lagu yang bakal dibawain Tata dan teman sekelompoknya. Lagu Yellow dari Coldplay. Entah akan mengundang aplaus yang membahana, atau akan mengundang keheningan yang cukup panjang. kita lihat saja nanti.

                “Gitar lu Mon? Tumben modal.” Sindir Tata ketika melihat Ramon masuk kelas sambil membawa gitar. Menurut Tata, Ramon itu adalah gitaris yang paling nggak modal sepanjang masa. Gimana enggak, mau ikutan audisi band sekolah aja, dia minjem gitar sana sini. Memang sih, dia punya gitar di rumahnya. Tapi nggak pernah dia bawa. Lantaran kurang pede sama gitarnya itu. 

                “Bukan. Gitarnya Reynald.” Jawab Ramon. “Ayo latihan.” Katanya lagi. Kemudian, semua telah terfokus pada latihan pagi itu. Ada sedikit rasa yang mengingatkan Tata pada Reynald. Gitar itu. Gitar yang lagi dimainkan oleh Ramon, ternyata milik Reynald. Tata jadi tambah kangen sama banyolan-banyolan Reynald di Twitter.

                Istirahat. Waktu yang paling di nanti-nanti sama Tata. Karena hanya diwaktu istirahat dan diwaktu pulanglah Tata hanya bisa bercerita panjang lebar kali tinggi bagi dua sama Aness. Meskipun sering SMS-an, tapi bagi Tata belum puas kalo nggak ngobrol langsung. Maka dari itu, tanpa banyak basa-basi lagi, Tata langsung ngacir ke kelas Aness yang berjarak dua ruangan dari kelasnya.

                “Nyari siapa?” suara berat nan nge-bass itu mengangetkan Tata waktu ngintip-ngintip kelasnya Aness. Dengan refleks, Tata langsung nengok ke arah si punya suara. “Aness. Eh, hehe.. Reynald.” Kata Tata dengan nada ‘Anjir-Gue-Kaget-Gilak’. Ternyata, yang nyapa Tata itu Reynald. “Aness sama Sulis. Ke kantin. Samperin aja.” ujar Reynald sambil masang senyum “Ih-Unyu-Banget-Sih-Loe’ nya itu. “Oh, gitu ya? Hehe. Lo ngapain di sini?” tanya Tata yang bingung mau ngomong apa karena saking tergagapnya bertatap muka dengan Reynald. Pria Twitter Yang Unyu Maximal. Itu kalo kata Tata. 

                “Ini kan kelas gue.” jawab Reynald. “Oh. Iya ya, hehe. Lupa. Engg.. gue balik ke kelas ya!” ucap Tata kemudian langsung balik ke kelasnya. Tanpa nengok ke belakang lagi. Reynald hanya bisa tersenyum tipis kemudian masuk ke dalam kelasnya
.
                Masih istirahat. Tata yang baru masuk ke dalam kelas langsung ditegor sama Bella, ketua kelompok Seni Budaya. Lantaran Tata, yang udah diingetin kalo istirahat jangan kemana-mana malah kabur tanpa sepengetahuan Bella. 

                “Gimana sih lu. Kan gue udah bilang, istirahat jangan kemana-mana. Kita tampil pertama Ta, PERTAMA! Dan pelajarannya itu sesudah istirahat. Sedangkan kita baru latihan 5 kali! Cuma 5 kali Ya Allah..!!!!” 

                Ya. Begitulah kalo punya ketua kelompok yang pingin semuanya harus perfect. Latihan 5 kali aja dibilang Cuma. Gimana kelompok lain yang latihan hanya sekali dua kali. Bella ini selain kritis orangnya, otaknya juga rada-rada kritis. Suka aneh sendiri. Mungkin ini efek samping dari kepintaran dia. Gue nggak mau pinter ah. Kata Tata suatu hari. Ntar kaya Bella, suka aneh sendiri. Hihihi..

                Istirahat sudah habis dan datanglah guru Seni Budaya, yaitu Bu Laksmini yang punya suara tinggi sampe 10 oktaf (hanya orang bego yang percaya ini). Semua murid di kelas XA langsung ciut. Ada yang berani dan sudah pede maju ada yang enggak. Tapi kebanyakan yang enggaknya dari pada yang pedenya. Kalo Tata, jangan ditanya deh. Pedenya dia setebel baja. Karena dia selalu punya motto: “Bodo Amat.” Tapi motto tersebut tidak dia pakai dalam hal yang serius lho. Misalnya disuruh beli telor sekilo di warung sama nyokapnya, dia langsung bilang iya, tidak pernah bilang ‘bodo amat, mau nyokap marah apa enggak, bodo amat.’ Nggak. Dia nggak pernah begitu. 

                Pelajaran Seni Budaya yang dibuka dengan penampilan Tata dan kawan-kawan, sungguh bikin Bu Laksmini dan teman-teman sekelasnya cekikikan, sekaligus terhibur. Cekikikan karna Tata yang sekali-kali bilang, “SEBELAH SANA! MANA SUARANYA?!” dan terhibur karna Tata yang sekali-kali bilang, “SEBELAH SITU! MANA SUARANYA?!”. 

                Kelompok Tata, sukses mendapat aplaus yang membahana. 

                Pelajaran terakhir hari itu kosong. Kata guru piket, gurunya lagi ngurusin pemakaman sahabatnya. Jadi, kelas Tata yang kebagian pelajaran IPS hari itu hanya dikasih tugas bikin peta. Tapi, bukannya ngerjain tugas, temen-temen Tata malah sibuk ngobrol ngalur ngidul. Anak-anak cowoknya malah main kuda tomplok. Ada juga yang malah internetan numpang WiFi sekolah. 

                Internetan bosen, ngobrol juga bosen. Tata kemudian mencoba mencari hal baru yang bisa bikin dia nggak bete sampai pulang sekolah. Dia nengok kanan kiri, nggak nemu apa-apa. Dia nengok ke belakang, malah nemu sekumpulan anak-anak yang lagi pada ngorok. Tapi dia nemu sesuatu yang sesuatu banget. Maka  diapun langsung pergi dari kumpulan anak-anak cewek yang lagi ngobrol ngalur ngidul. 

                “RAMON!! Gue pinjem gitar ya!!” teriak Tata, sambil mengacungkan gitar yang ada diatas meja Ramon. Ramon yang saat itu lagi asik main kuda tomplok, langsung ngomong tanpa nengok lagi, “Iya! Punya Reynald itu!” yang langsung dijawab, “Iya gue tau!” sama Tata. Kemudian dia bawa ke mejanya sambil pamer-pamer kalo dia bisa main gitar. Karena temen-temen ceweknya juga pada bosen, akhirnya mereka nyanyi-nyanyi nggak jelas dengan diiringi permainan gitar Tata yang acakadut. 


***

Bel pulang sekolah bunyi. Anak-anak yang lagi asik sama mainannya tiba-tiba langsung ngacir pulang. Tinggal Tata yang lagi kebingungan sama gitar yang lagi ditentengnya. Pasalnya, Ramon yang minjem gitar itu ke Reynald udah hilang ditelan bumi. Udah pulang duluan. Dan lupa sama gitar Reynald yang dia pinjam yang sekarang lagi ada di tangan Tata. 

                “Aduh Ness. Jangan pulang dulu dong. Tungguin Ramon.” Bujuk Aness yang keliatannya udah kebelet pengen pulang. “Ramon bukannya udah pulang?” tanya Aness. “Iya gue tau. Tapi tadi gue udah SMS suruh dia kesini ngambil gitarnya Reynald.” Kata Tata. Sambil celingukan ngeliatin jalan besar dengan berharap Ramon bakal dateng terus ngambil gitarnya Reynald. 

                “Kenapa nggak balikin ke Reynaldnya aja langsung?” tanya Aness. Dengan sabar dia mengatasi masalah tanpa masalah. “Nah itu dia, orangnya nggak keliatan.” Jawab Tata sambil ngutek-ngutek hapenya. “Oh iya, udah pulang orangnya.” 

                Sesaat kemudian, satu pesan masuk ke handphonenya Tata. Dari Ramon. Isinya begini:

“Wahh haha. Iya gue lupa. Lu bawa pulang aja gih. Gue udah nyampe tempat les. Males kalo balik lagi. Besok lu bawa aja ke sekolah, trus lu balikin sama Reynald. Gampang kan? Udah ya, gurunya udah masuk nih. :*”


                “Wahh sompret!” 

                “Kenapa lu?” tanya Aness. Bingung sama temennya yang tiba-tiba kesel sendiri. Tatapun langsung menyerahkan handphonenya ke Aness. “Ya ampun emoticonnya, haha. Ya udah sih. Lu bawa pulang aja. Besok aja balikinnya.” Kata Aness. “Nggak ah.. lu kan tau sendiri..” kata Tata tanpa meneruskan perkataannya sendiri.

                “Ah elu Ta. Muna banget. Bilang aja lu suka kan sama Reynald? Ketauan dari gelagat lu. Tadi aja gagap ketemu dia.” kata Aness. “Kok lu tau?!” ujar Tata kaget. “Iya lah. Reynald yang bilang sendiri. Pede setebel baja lu itu mencair ya, kalo udah ketemu sama Reynald. Haha.” 

                “Enak aja..” gumam Tata. Bibirnya berkata tidak namun hatinya mensetujui perkataannya. Iya ya, kayaknya gue suka sama Reynald. Batin Tata. 

                “Ayok ah kita pulang! Laper nyong.” Kata Aness sambil berlalu pergi. Kemudian Tata menyusulnya lalu mensejajarkan langkahnya dengan Aness. 


***

Udah tiga hari Tata nggak masuk sekolah. Lantaran kakinya yang keserempet mobil waktu pulang sekolah. Tulang kakinya ada yang ngegeser, kata dokter. Makanya, saat ini dia hanya bisa tidur-tiduran di kamarnya. Mau ke kamar mandi juga susahnya minta ampun. Tapi satu hal yang paling dia takutkan pada kejadian yang menewaskan tulang-tulang kakinya. Yaitu, gitar Reynald. Bukan hanya tulang-tulang kaki Tata yang tewas, tapi gitar Reynald juga. Gitar tersebut sekarang lagi ada di atas kasur Tata, tepatnya di sampingnya. Dengan banyak luka lecet dan dua senar yang putus. Untungnya, bodi gitar sama leher gitarnya nggak ngegeser kayak tulang jarinya Tata. 

                Sekarang Tata lagi pusing mikirin gitarnya Reynald. Mau minta bantuan Ramon, nggak mungkin juga. Emang sih yang pertama kali minjem Ramon, sesudah itu kan, pindah tangan ke Tata. Dan kecelakaannya pun karna Tata. Jadi harus Tata yang tanggung jawab. Nah, mulai tanggung jawabnya itu dari mana, Tata masih bingung. 

                “Lu mention dia gih. Kan kalian akrab banget kalo di Twitter.” Saran Aness yang saat itu sedang menjenguk Tata. “Nggak berani Ness.” Ujar Tata. Udah ciut duluan. “Atau gue aja yang bilang sama dia, kalo lu udah ngerusakin gitarnya?” tawar Aness. “Bilangnya nggak gitu juga kali. Afgan banget.” kata Tata. Nada bicaranya masih sayup-sayup. “Ya udah. Gue bilang ini Cuma kecelakaan aja ya, nih gue SMS..” kata Aness sambil mengeluarkan handphonenya. “Ehh jangan-jangan!!” cegah Tata. “Kenape lagi?” ada hening yang berkepanjangan. Lalu tiba-tiba Tata berani membuka mulutnya. 

          “Sini. Gue aja yang SMS dia. Masa iya gue pengecut banget sama gebetan sendiri. Mana nomernya?” Aness tersentak. Dia menoleh, lalu berkata: “Hah? Jadi udah mengakui nih kalo lu suka sama Reynald?! Iya?!” 

           “Iya udah mana sini nomernya ahh!!” kata Tata kesel. “Haha iya iya. Maaf. Inih..”


***


“Maaf ya Nald.....” kata Tata saat rumahnya didatangi Reynald dan Aness, untuk datang menjenguk dan mengambil gitar Reynald. 

Reynald terdiam sesaat sambil memperhatikan bodi gitarnya yang penuh lecet-lecet. “Iya, nggak apa-apa kok. Lagian, rusak kayak gini gampang benerinnya. Tinggal ganti senar. Cumannya ya itu, lecetnya ketara banget.” 

“Iya maaf.. anggep aja kenang-kenangan dari gue deh. Ya?” bujuk Tata. “Yeh elu Ta. Kenang-kenangan apa kek jam tangan kek, hape kek, mobil kek gitu. Ini lecet-lecet. Nggak elit banget sih.” Protes Aness. “Apaan sih lu Ness. Itu mah maunya elu. Matre.” Bales Tata. Terjadi pertengkaran sengit di sini. 

“Ehh.. udah udah. Haha kok kalian lucu gitu sih.” Kata Reynald di sela-sela tawanya melihat pertengkaran kecil antara Tata dan Aness. “Hehe.. iya, gue emang lucu Nald. Mau kan jadi cowok gue?” ujar Tata yang pastinya dalam hati ketika melihat senyum Ih-Unyu-Banget-Sih-Loe dari Reynald. 

“Ya udah nggak apa-apa kok, Ta. Kenang-kenangan kan nggak harus mahal ya.” Kata Reynald yang melelehkan hati Tata. “Iya..” sahut Tata. “Ekhem!!” Aness mengganggu saat-saat indah Tata bersama dengan Reynald. “Eh, ya udah deh gue pulang ya Ta. Besok bimbel libur kan? Konsultasi yuk kapan-kapan.” Ajakan Reynald membuat hening panjang yang terjadi di ruang tamu rumah Tata. Sementara Tata terdiam, kaget dengan ajakan Pria Twitter Yang Unyu Maximal. “Iya Nald. Ajakin aja tuh si Tata konsultasi. Biar pinter.” Kata Aness membantu Tata yang kesulitan bicara waktu itu. 

“Iya. Gue pulang ya Ta, salam buat nyokap. Moga cepet sembuh ya kakinya. Biar bisa lari lagi kalo gue ajakin ngobrol.” Ujar Reynald yang sepertinya sudah mengetahui kelemahan Tata. Hanya kata ‘sialan’ yang bisa dia gumamkan. 

“Lu mau bareng nggak Ness?” ajak Reynald ke Aness. “Ha? Enggak ah. Lu duluan aja. nanti ada yang marah.” Tolak Aness sambil nyenggol-nyenggol Tata. “Siapa?” tanya Reynald. “Bukan siapa-siapa! Dadah Reynald! Sampai berjumpa besok di sekolah! Insya Allah kalo kaki gue sembuh! Maaf buat  gitarnya! Hahahah! Dadah! Hati-hati di jalan!!” ujar Tata cepat-cepat saking groginya. Reynald hanya bisa bilang ‘iya’, tersenyum, lalu berlalu pergi dengan motornya. 

“Grogi ya?” tanya Aness. Tata mengangguk. Ada rasa bahagia di dalam hati Tata. “Reynald baik ya?” ujar Tata sambil mengingat-ingat kejadian yang barusan saja berlalu. “Emang iya. Gue aja pernah suka sama dia.” Tata tersentak. “Kok lu.. nggak pernah bilang?” tanya Tata yang sedikit kesal karena Aness tidak cerita. “Ngapain. Cuma sebentar kok. Trus ketemu si doi. Jadinya lupa deh. Hehe”

Mungkin untuk bisa jadi pacar seorang Pria Twitter Yang Unyu Maximal bukanlah hal yang gampang. Meningat Reynald punya banyak teman perempuan yang menyukai dirinya lebih dari Tata menyukai Reynald. Maka dari itu, Tata nggak mau banyak berharap dari Reynald. Takut jatuh. 

Tapi Tata nggak akan jatuh dengan harapannya. Karna akhirnya ada Pria Twitter Yang Unyu Maximal yang bisa nangkep dia. Mungkin dulu Tata nggak mau banyak berharap jadi pacarnya Reynald. Tapi sekarang, Tata mau berharap, kalau kesetiannya Reynald sama dia, nggak akan pernah jatuh.




Thank's for reading :))
Mohon koreksinya ya :))

Comments

  1. wah,bingung apayang mau dikoreksi...aku nggak ngerti apa-apa soal cerpen,tau nya mah baguuuuus aja...hehe :)

    ReplyDelete
  2. Agak rancu sm kalimat yg ini..
    “Aduh Ness. Jangan pulang dulu dong. Tungguin Ramon.” Bujuk Aness yang keliatannya udah kebelet pengen pulang. “Ramon bukannya udah pulang?” tanya Aness.

    itu mksdnya Tata yg bujuk Aness kan yaaak?
    tp di tulisan malah "bujuk Aness", slah ketik kah??
    hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaa!! Iya maap salah ketik -__-

      makasih ya koreksinya :))

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kancut Keblenger Nobar Indonesia Lawak Klub

Tentang Renjana

Napak Tilas Reformasi - Memperingati Tragedi Mei '98