Bom Nasi Kuning

Halo. Nama gue Dita Indah Permanti. Hari ini minggu ketiga gue ada di kelas IX-3. Kelas paling pojok. Kelas yang paling sering kedapetan aroma sedap dari WC sebelah. Kalo jendela-jendela di kelas gue dibuka, nah, kalian bisa tuh nyium aroma sedap yang bisa bikin hidung kalian mampet tujuh hari, tujuh minggu, dan tujuh bulanan. Makanya, jendela di kelas gue ini jarang banget dibukanya. Kecuali kalo aroma WC itu lagi nggak mampir ke kelas gue.

Pemandangan pagi ini di kelas IX-3 rusuh abis. Ada yang lagi nyontek PR berjamaah, ada yang lagi piket, ada yang lagi ngobrol ngalor ngidul, sampe ada yang lagi ngelanjutin tidurnya yang tertunda. Ya. Siapa lagi kalo bukan Reyza. Temen sebangku gue.

Setelah duduk dan menaruh tas diatas meja, gue yang baru keinget kalo belum bikin PR Matematika langsung nyolek-nyolek Reyza. Persis kaya iklan sabun colek. Cuma bedanya Reyza ini sabun colek kemasan jumbo.

“Sa, sa, udah bikin PR belum?” Gue suka kesusahan buat manggil Reyza dengan benar. Makanya gue lebih suka manggil dia Resa dibanding Reyza. “Ambil aja di tas gue noh..” jawab dia. Masih dengan posisi nyamannya tidur. Kepalanya di atas meja, kakinya diatas lantai. Sambil meluk tas tentengannya yang isinya suka random: buku tulis + baju olahraga (kalau sedang pelajarannya) +  kotak bekal + sisir + parfum + cermin.

“Hehe, tau aja gue pengen liat.” Kata gue sambil terkekeh-kekeh. Kemudian dengan ganasnya mengambil buku PR Matematika di tas Reyza. “Liat terus disalin ya Dit?” sindir Reyza masih dengan mata yang kriyep-kriyep karena ngantuk. “Udah lu tidur aja sono...”

***

Nggak bakal ada siswa yang bisa menolak, kalau nggak ada guru itu seru banget. Guru piket datang ke kelas hanya bilang, kalau guru pelajaran saat itu nggak bisa masuk karena ban kereta yang tumpanginya kempes, lalu ngasih tugas yang nggak di anggap sama murid-muridnya.

Nah itulah yang terjadi saat ini. Di kelas gue. Padahal baru aja lima menit yang lalu bel berakhirnya istirahat bunyi. Eh, pelajaran sesudah istirahat lagi nggak ada gurunya, jadi nambah deh istirahatnya~ #aselole

Kelas IX-3 emang nggak ada benernya. Ketua kelas sama wakil ketua kelas aja udah kelihatan nggak bener, apa lagi pasukannya.

Sekarang aja lagi ngumpulin anak laki-laki buat main kuda tomplok. Sementara yang cewek, lagi sibuk ngegosip rumpi gitu deh cyin. Gue yang suka jepret moment nggak penting langsung nyamber handphone-nya Anisaa. Iya, pake kamera handphone orang..

Sebenarnya, moment nggak penting inilah yang suka bikin kangen kalau udah pisah nanti. Makanya, banyakin jepretan moment-moment nggak jelas biar nanti bisa di dokumentasikan. Biar unyu gitu. Kalau lagi kangen sama gebetan semasa SMP, nggak perlu tuh berusaha keras buat nginget-nginget tampang gebetan. Tinggal buka-buka dokumentasi aja.

Dan inilah yang lagi gue kerjain sekarang. Baru aja gue ngejepret tampang-tampang menyedihkan dari anak-anak cowok yang selangkangannya mulai perih gara-gara main kuda tomplok. Ih.. untung eyke cewek cyin.

“Dit! Lo ngapain sih?!” seru Delvira. Yang lama-lama bosen liat gue jaipongan sambil motret-motret moment nggak jelas. Gue arahin kamera gue, eh, maksudnya, gue arahin kamera Anissa ke Delvira. Dengan sekali pijit tombol ‘ambil gambar’, gue langsung dapet foto beringasnya Delvira. Lalu, gue kabur dengan menaiki kangguru terbang.

Setelah puas dengan hobi yang kata temen-temen gue ‘kurang kerjaan’ ini, gue balik ke kursi gue. Nemenin Reyza yang lagi sibuk baca FF (Fan Fiction)-nya Super Junior. Sambil liat-liat lagi hasil jepretan moment nggak jelas gue.

Baru aja duduk, tiba-tiba ada guru piket yang masuk ke ruang kelas. Kejadiannya kaya Satpol PP yang lagi nguber-nguber bencong. Beneran. Sekalinya ada yang teriak “ADA GURU!!” semua anak langsung balik ke kursinya masing-masing. Udah kayak laler yang lagi bebas berterbangan langsung menyerbu makanan busuk yang tiba-tiba datang. Kadang, ada yang berebutan kursi karna saking paniknya. Macam anggota DPR.

“Eh.. guru tuh guru..” ujar gue mengingatkan Reyza yang lagi baca FF sambil dengerin lagu pake headphone. Dia langsung nyimpen headphone-nya di laci meja.

“HEH!! Ribut kali kalian ini! Pelajaran siapa sekarang?!” tanya Bu Rugun, guru BK (Bimbingan Konseling) sambil marah-marah.

Hening...

“Matematika. Bu Ringgo..” jawab Bani. Ketua kelas paling sengak. “Heh, Bani! Kau panggillah itu Bu Ringgo! Jangan kau diam saja!!” perintah Bu Rugun sambil senderan di daun pintu.

“Tadi. Tadi kan katanya Bu Ringgo lagi pergi sebentar bu,” kata Bani. Ngeles. Tampangnya yang datar banget suka bikin gue ngikik sendiri. Nih anak makan apa yaaa... Muahaahahahah..

“Oh iya. Ya sudah. Kalian tenanglah sedikit! Kelas sebelah ada yang lagi ujian!” ujar Bu Rugun sambil pergi meninggalkan kelas.

“Yaa buuuuu....” seru anak-anak IX-3. Lalu ada hening yang panjang.. sampai...

“AYOK DIN LU YANG JAGA!!!!!”

Hastagah..

***

Suasana kelas ribut lagi. Namun karena peringatan dari Bu Rugun, yang ini nggak separah yang tadi. Anak laki-laki lama-lama mulai bosan dengan permainannya yang bikin selangkangan mereka perih perih. Yang cewek udah kehabisan kata-kata buat ngegosip. Depan gue, Sophia dan Annisa masih ngobrol-ngobrol rumpi. Gue, karena gue bosen, gue minta headphonenya Reyza yang kiri buat gue pake. Sementara Reyza pake yang kanan. Romantis.

“Ta, Ta!” panggil Reyza beberapa saat kemudian. “Apa?” jawab gue yang masih terlena dengan lagu-lagu Super Junior. Bukan karena gue demen, tapi karena gue nggak ngerti mereka lagi ngomong apa.

“Ini bau apaan sih?”

“Bau apa?”

“Ih ini bau banget najis.”

“Itu kali jendelanya dibuka. Suruh tutup.”

“Kagak. Mana ada jendelanya dibuka. Ini ish bau!”

“Apaan sih sa, gue nggak nyium.”

“Ah pesek sih lu!”

*toyor*

“Ih.. ini apaan...” kata Vian yang duduk di kursi paling depan sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam laci mejanya. “Nasi kuning!” seru Astri, saat Vian mulai menunjukan sesuatu dari dalam laci mejanya. “Nasi kuning basi!” 

Bani yang lagi lewat di samping mereka tiba-tiba menyenggol tangan Vian yang sedang memegang nasi kuning basinya. Hingga nasi kuning basi tersebut tumpah di lantai dan sebagian besarnya tumpah di rok putihnya Vian.

"Hih! Bani anjir!" Vian marah-marah. Astri mulai iba sama Vian tapi Bani yang lagi lewat di samping mereka tiba-tiba menyenggol tangan Vian yang sedang memegang nasi kuning basinya. Hingga nasi kuning basi tersebut tumpah di lantai dan sebagian besarnya tumpah di rok putihnya Vian.

"Apaan tuh?" tanya gue, yang ngeliat segerombolan anak-anak lagi berkumpul di meja Astri. "Entah.." kata Reyza. Gue mulai melanjutkan menggunting-gunting penghapus.

Dalam hitungan menit, anak-anak mulai gaduh lagi. Ada yang lari ke sana sini karena dipeperin nasi kuning yang sudah basi, ada juga yang lagi iseng meperin nasi kuning basi ke anak-anak yang tidak berdosa. 

"Eh! Eh! Ada nasi kuning basi lagi nih di sini!!" teriak Agil dari barisan kursi paling belakang. Serentak anak-anak mulai menuju Agil. Mengetahui bakalan diserang, Agil langsung lari keluar kelas untuk membuang nasi kuning basi tersebut. 

Vian yang mulai enek sama nasi kuning basi tersebut langsung lari ke kamar mandi. Lalu, tumpahlah segala isi perut dia karena efek membahayakan dari nasi kuning basi tersebut. 

"Ribut banget sih.." kata gue kalem. Lalu melanjutkan menggambar di atas tangan Reyza. 

Tulus yang merupakan maskot berandal di IX-3 nggak tinggal diam melihat suasana ramai kacau. Dia mulai mencari nasi kuning basi ke setiap laci meja anak-anak.

"Apaan sih! Sono sono sono!!" usir Reyza, saat Tulus mau mengintip laci meja Reyza dan gue. 

Vian masih dendam sama Bani. Manusia dengan kaki yang teramat panjang itu kembali dihakiminya. Sementara yang lain mulai gaduh dengan penemuan nasi kuning basi yang beredar di laci meja anak-anak IX-3. 

 "Yah! Masa miring sih Ta.." keluh Reyza ketika gambar Super Junior yang gue gambar di atas tangannya miring ke kanan. "Itu dia seninya!" kata gue sok tau.

"Eh itu di pel dulu ish!" protes Fildzah yang melihat nasi kuning basi udah berceceran di lantai. Protes Fildzah diacuhkan.

Tiba-tiba Tassa, yang lagi gelayutan di daun pintu kelas langsung teriak, "Eh! Ada Bu Ringgo!!!" namun bukannya takut, mereka masih sibuk mengerjai temannya satu sama lain.

"Eh ada Bu Ringgo!" seru gue. Menghentikan kegiatan iseng-iseng gue. "Eh iya apa? Aduuhh.. gue belum ngerjain PR. Liat dong Ta.." Anissa panik. Gue lempar buku PR Matematika ke muka dia.

"HEH! ADA APA INI?!!!!" teriak Bu Ringgo yang ketika masuk kelas mendapati anak-anak didiknya yang teramat kacau ini.

"Ada nasi kuning basi bu!" jawab Bani yang masih dihakimi oleh Vian. "Apa? Nasi kuning basi?!"

"Iya bu!!" seru anak-anak serentak."Ya sudah!! Bersihkan dulu kelasnya, cepat!" perintah Bu Ringgo. 

"Eh eh, disuruh beres-beres yeee nggak jadi ngoreksi PR!!" seru Anissa kegirangan. Lalu melempar buku PR Matematika gue dengan semena-mena. 

Gue dan anak-anak terkecuali yang sedang piket di hari Senin keluar kelas. Menunggu kelas cepat dibersihkan. 

***

Pelajaran Matematika hari itu akhirnya diganti dengan pelajaran bersih-bersih. Selesai bersih-bersih, semua anak-anak kelas IX-3 langsung masuk dan duduk di kursinya masing-masing. Sudah tidak ada keributan lagi di sana. 

"Eh Ta. Headphone gue mana ya?" tanya Reyza ketika sedang mengeluarkan buku pelajaran IPA. "Di laci meja kalo nggak salah." jawab gue.

Reyza pun langsung menundukkan kepalanya ke laci meja. Kemudian mengambil headphonenya. "Eh, Ta, ini apaan?" tanya Reyza sambil memegang sesuatu. Warnanya kuning, lembek, di dalam bungkusan plastik.

"Itu kan nasi kuning Sa. Nasi kuning basi.."